Tuesday, June 19, 2012

Manajemen Cinta Menurut Islam

Makna Cinta :


      Cinta adalah anugerah sekaligis musibah. Ia akan menjadi kenikmatan bila muncul karena Allah dan berlangsung di jalan Allah (AL-Hubb Fillah Wa Lillah). Cinta seperti ini tidak mengenal batas ruang dan waktu, bahkan melampui batas fisik dan materi. Orang bijak berkata, cinta yang fitrah adalah buah yang tak mengenal musim dan dapat dipetik oleh siapapun. Karenanya, cinta yang semacam ini tak jadi masalah kepada siapa dan seberapa besar ditunjukan asalkan didasari karena Allah dan Di JalanNya.

       Perasaan cinta dalam jiwa manusia memang sebuah misteri, sebagaimana fenomena ruh. Nabi saw. bersabda : ''Ruh itu laksana pasukan yang dikerahkan, seberapa jauh mereka saling mengenal maka sejauh itu pula mereka saling menyatu, dan seberapa jauh mereka tidak saling mengenal, sejauh pula mereka akan saling berselisih. "(HR. Bukhari, Muslim Dan Abu Dawud). karena itulah, sebagaimana diriwayatkan dalam Hadist Muslim, disebutkan bahwa menyatunya jiwa sesama mukmin dalam cinta menjadi lebih kuat dan tetap hidup seperti satu tubuh.
     Begitu kuatnya pengaruh cinta, kadang dapat menghilangkan kontrol emosidan rasio manusia sehingga ia tak lagi mampu bersifat objektif. Cinta bahkan dapat juga membuat orang mabuk asmara dan terjebak cinta buta sebagaimana diungkapkan penyair Qais : "Kau gila karena rang yang kau cinta. Memang cinta buta itu lebih parah dari gila. Orang tidak bisa sadar karena cinta buta, sedangkan orang gila bisa terkapar tak berdaya". Yang paling parah, cinta dapat membuat seseorang melupakan prioritas cinta atau menduakan cinta kepada Allah yang dapat berakibat syirik.


Mengendalikan Cinta :


    Cinta memang persoalan qalbu. Dan qalbu, seperti namanya, bersifat labil (yataqallabu), sehingga perlu upaya maksimal untuk mengendalikannya secara adil. Nabi saw pun memaklumi fenomena batin ini sebagaimana pernyataannya suatu kali: "Ya Allah, inilah usahaku sebatas kuasaku, maka janganlah Engkau cela diriku tentang apa yang Engkau kuasai dan aku tidak kuasa (hati)." (HR.Abu Dawud)
     Melalui manajemen dan pengendalian, cinta sesungguhnya dapat menjadi motivasi kontrol dalam kebaikan. Inilah esensi pesan Alhubb wal Bughdhu fillah, Cinta dan benci karena Allah.r Bahkan, kemarahan merupakan kelaziman cinta yang selayaknya diekspresikan secara bijaksana tampa keluar syariat. Kemarahan Nabi saw, contohnya, senantiasa diungkapkan dalam ekspresi perubahan mimik muka, diam, atau isyarat. lainya yang diiringi penjelasan dan dialog dari hati kehati. Karenanya Beliau tidak menyukai lelaki yang suka memukul wanita bila marah apalagi sampai menampar wajah. Sebaliknya, Beliau juga tidak menyukai wanita yang meninggalkan dan menghianati suaminya bila sedang marah.
   Manajemen cinta akan menumbuhkan  sikap adil yang membawa hidup sehat dan seimbang. Ibnul Qayyim mengatakan 'Cinta bagi ruh sama dengan makanan bagi tubuh. Jika Engkau meninggalkanya akan membahayakan dirimu, tetapi jika terlalu banyak serta tidak seimbang akan membinasakanmu.
    
Menuju Cinta Sejati : 


    Proses menuju cinta suci yang diberkati Allah tidaklah mudah. Diperlukan upaya manajemen diri, termasuk pengendalian ego, menumbuhkan empati serta solidaritas sebagai persyaratan iman. Sabda Nabi saw: "Tidaklah beriman seseorang diantara kalian sampai ia mencintai saudaranya (seiman) sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri " Bahkan, cinta sesama mukmin merupakan syariat masuk syurga "Tidaklah kalian akan masuk surga sampai kalian beriman dan kalian tidak akan beriman sehingga kalian saling mencintai. "(HR. Muslim).
     Cinta yang dikehendaki islam ini adalah cinta sejati nan arif bukan cinta buta yang bodoh. Manajemen cinta mengajarkan agar perasaan cinta tidak menghalangi kita melakukan hal yang semestinya kita kerjakan. Sehingga, kita tidak akan melakukan hal yang  bertentangan ddengan kemaslahatan atau memancing kemarahan Allah. Karena sikap demikian merupakan cinta buta yang bodoh. Sebagai contoh, seorang ibu yang begitu memanjakan anaknya karena cintanya yang mendalam sampai melupakan pendidikan dan pengajaran, justru dapat membuat anak menjadi durhaka.
    Adapun cinta yang arif sejati adalah sebagaimana cinta Allah kepada-Nya dan cinta Rosullulah kepada umatnya. Yang diinginkan Allah bagi hambaNya hanyalah kebaikan, kesempurnaan dan kemuliaan dan membenci segala kemungkaran dan kejahatan (Qs. Fathir:35,Al-Kahfi:18). Seorang muslim hanya mengenal cinta suci mulia yang penuh kearifan dan kesadaran, yang melahirkan cinta kepada Allah dan Rosul-Nya. Dan meletakkan cinta tersebut di atas segala-galanya sebagai sebagai tolok ukur. Suatu ketika, seorang arab badui menghadap Nabi saw dan menanyakan perihal datangnya kiamat, lalu beliau balik bertanya: "Cinta kepada  Allah dan Rosul-Nya" Beliau menyahut: "Engkau bersama siapa yang engkau cintai", (Qs.Az-Zukhruf:43,Al-Furqan:25)
    Manajemen cinta mendidik sikap selektif dalam melabuhkan cinta. Nabi berpesan: "Seseorang akan mengikuti poa hidup orang dekatnya maka hendaklah kalian mencermati siapa yang ia pergauli. "(HR. Ahmad, At-Turmudzzi dan Baihaqi). Sabdanya pula: "Janganlah engkau berakraban kecuali kepada seorang mukmin dan janganlah engkau menyantap makanamu kecuali orang yang takwa." ("(HR. Ahmad, At-Turmudzzi dan Abu Dawud).


Merawat Cinta :


    Apabila pilihan cinta sudah tepat, diperlukan pemeliharaan. Karena cinta adalah buah iman yang mengalami dinamika seiring dengan baik buruk perlakuan dan sikap hidup. Ibarat tanaman, cinta memerlukan siraman, pemupukan dan perawatan kontinyu. cinta dapat redup ataupun mati bila tidak dipelihara. seseorang sering mengalami problem cinta dengan pasangan hidupnya, dari merasa tidak dicintai atau merasa sudah memberikan segalanya namun tidak ada timbal balik yang pantas dan sebaganya.
John Gray, Ph.D dalam "Men, Women and Relationships" Menyarankan pasangan untuk berfikir berlawanan dengan apa yang paling ia inginkan, agar pasangannya merasa dicintai. Artinya, harus berani menge-nyampingkan keinginan serta ego diri sendiri, tentunya dalam islam tampa melanggar kaidah syariat.
Skala prioritas cinta semestinya diimplementasikan agar cinta tidak bertabrakan dan merusak hubungan, karena dalam hidup banyak hal yang memang secara fitrah kita cintai (Qs.Ali Imran:14). Hal ini dapat berjalan baik apabila ada saling pengertian dan sikap bijaksana, sehingga tidak terjadi sikap salah paham dan aksi kecemburuan yang tidak pada tempatnya. Model prioritas cinta yang pertama adalah cinta Allah dan Rosul-Nya, Al Islam, Akidah, syariat dan jihat fi sabillilah di atas segalanya. Kemudian, cinta kepada orang tua bagi anak lelaki dan bagi wanita yang belum menikah. Bagi wanita yang sudah menikah, prioritas cinta kepada suami lebih dahulu baru orang tua. Lalu kepada istri dan anak bagi lelaki dan seterusnya...


Sumber : MUI dan My...

No comments:

Post a Comment